Selasa, 09 Februari 2016

kota kuno jerussalem

KOTA JERUSSALEM
A.      Latar Belakang
            Selama ribuan tahun kota Jerusalem merupakan kota ziarah agama samawi: Yudaisme, Kristen, dan Islam. Mereka berziarah ke Tembok Ratapan untuk para kaum Yahudi, ke Gereja Makam Kristus “Dome of the Rock” bagi para umat Kristen, dan ke Masjid Al-Aqsha bagi para umat Islam. Selain daripada itu banyak sekali konflik yang mewarnai perjalanan sejarah kota ini dan sampai saat ini pun kota ini masih menjadi bahan rebutan bagi Israel dan Palestina. Inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai sejarah dari kota tersebut.
B.       Tujuan
            Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan kota Jerusalem dari masa ke masa dan konflik-konflik apa saja yang mewarnainya. Selain daripada itu, makalah ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi para pembaca umumnya mengenai sejarah kota Jerusalem.
C.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan kota Jerusalem dari masa ke masa?
2.      Bagaimana keadaan penduduk kota Jerusalem dari masa ke masa?
3.      Konflik apa saja yang mewarnai perjalanan kota Jerusalem?

PEMBAHASAN
A.      Asal Mula Kota Jerusalem
Disebutkan, bahwa nama Ibrani untuk Jerusalem yakni Yerushalayim, berarti “warisan perdamaian” (dari yerusha yang berarti “warisan”, dan shalom yang berarti damai).[1] Menurut para peneliti, Jerusalem (Ur.Salem), pada awalnya dihuni kaum Yebus. Mereka menempati bukit bernama Ofel. Tapi pada masa 1000 SM, kota ini ditaklukkan oleh Raja Daud. Di Bukit Moriah yang ia beli dari kaum Yebus, didirikan mezbah bagi Allah, lalu memindahkan Tabut Perjanjian ke sana.  Salomon, anak Daud, juga memilih Bukit Moriah sebagai tempat Bait Suci I yang didirikannya pada tahun 950 SM. Sesudah mangkatnya Salomon, kerajaan kesatuan yang berhasil didirikan oleh Daud, pecah menjadi Kerajaan Israel (di sebelah utara) dan Kerajaan Yehuda (di sebelah selatan).[2]
B.       Penduduk Kota Jerusalem
Jerusalem pada saat ini adalah suatu kota dimana penduduknya memeluk banyak kepercayaan; salah satu survei di tahun 2006 mengidentifikasikan 1200 sinagoga, 150 gereja dan 70 masjid di dalam wilayahnya.[3]
C.      Periodisasi dalam Sejarah Kota Jerusalem
§  Zaman Chalcolithic (4.500-3.200 SM) 3500 SM Pemukiman pertama terbentuk.
§  Zaman Perunggu Awal (3.200-2.220 SM) → 2500 SM Perumahan pertama dibentuk.
§  Zaman Perunggu Tengah (2.220-1.550 SM) → 1800 SM Terbentuk tembok kota pertama.
§  Periode Hyksos (1750-1500 SM)
-       1400 SM → Nama Jerusalem muncul dengan nama Urusalim di Surat Amarna.
-       1000 SM → Raja Daud menakhlukan Jerusalem.
-       960 SM → Raja Solomon mendirikan kenizah pertama.
-       931 SM → Pembagian wilayah kerajaan menjadi wilayah Israel dan Judea.
-       721 SM → Kerajaan Asuriah mengalahkan Samaria. Pengungsi melarikan diri ke Jerusalem. Kota berkembang ke arah barat.
-       597 SM → Babilonia mengepung Jerusalem.
-       586 SM → Penghancuran Jerusalem dan kenizah pertama oleh Nebukadnezar dan pengasingan bangsa Yahudi ke Babilonia.
-       539 SM → Kejatuhan Kerajaan Babilonia.
§  Periode Persia (539-332 SM)
-          539 SM → Kerajaan Persia diperintahkan oleh Cyrus yang mengalahkan Babilonia menduduki Jerusalem.
-          537 SM → 50.000 orang Yahudi yang ditawan di Babilonia diizinkan kembali ke Jerusalem atas perintah Raja Cyrus.
-          516 SM → Membangun kenizah kedua dipimpin oleh Zerubbabel.
-          458 SM → Ezra, ahli kitab dari Babilonia memulihkan peraturan.
-          445 SM → Nehemiah menemui gubernur Yude, Artaxerxes, kembali dari Babilonia dan membangun kembali dinding kota. Kota berkembang ke arah timur.
§  Periode Helenistik (332-141 SM)
-       332 SM → Kerajaan Makedonia di bawah Raja Alexaner Agung mengalahkan Darius di Gaugamela dan menduduki Jerusalem setelah mengalahkan Persia.
-       537 SM → Kematian Alexander Agung di Babilonia.
-       164 SM → Judah Makabe menguasai kembali Jerusalem dan memperbaiki kenizah.
§  Periode Hasmonean (141-37 SM) → Jerusalem meluaskan wilayahnya ke arat barat (141 SM).
§  Periode Herodian (37 SM-70)
-       37 SM → Herodes naik tahta, menguasai Jerusalem dan membangun kembali kenizah kedua.
-       70 M → Jerusalem jatuh, kenizah dirusak oleh legiun Romawi pimpinan Titus.
§  Periode Kekaisaran Romawi (70-324 M)
-       70 M → Romawi menjadikan Jerusalem sebagai kota pagan dengan nama Aelia Capitolina dan menumpas bangsa Yahudi di Palestina.
-       63 M → Jendral Romawi Pompey menguasai Jerusalem.
-       135 M → Kaisar Hardian menghancurkan Jerusalem, tembok kota dan kota baru Aelia Capitolina, orang Yahudi tidak diizinkan tinggal di Jerusalem.
§  Periode Byzantium (324-638 M)
-       326 M → Ratu Helena, ibunda Konstatinus Agung mengunjungi Jerusalem dan meminta dibangun Gereja Makam Kristus.
-       438 M → Kaisar Eudocia mengizinkan orang Yahudi untuk kembali ke Jerusalem.
-       614 M → Bangsa Persia mengalahkan Jerusalem, menghancurkan hampir seluruh gereja dan mengusir orang Yahudi.
§  Periode Islam Awal (637-1099 M)
-       637 M → kalifah Omar memasuki Jerusalem dan orang Yahudi diizinkan kembali ke Jerusalem.
-       691 M → Dome of the Rock dibangun oleh kalifah Abdul Al-Malik.
-       705 M → Konstruksi Masjid Al-Aqsa diawali oleh khalifah al-Wahid.
-       1010 M → Khalifah Al Hakim memerintahkan penghancuran sinagoga dan gereja.
§  Periode Perang Salib (1099-1244 M) → Bangsa Frank, dipimpin Godfrey de Bouillon, menguasai Jerusalem. Baldwin I sebagai Raja Jerusalem (1099 M).
§  Periode Ayyubid (1099-1244 M)
-       1187 M → Saladin merebut Jaerusalem dari Pasukan Salib. Saladin mengizinkan Yahudi dan Muslim kembali dan menetap di kota Jerusalem.
-       1219 M → Tembok kota dihancurkan oleh Sultan Malik al-Mu’assam.
§  Periode Mameluk (1250-1516 M) → Mameluk Mesir merebut Jerusalem.
§  Periode Ottoman (1516-1917 M)
-       1517 → Ottoman mengambil alih Jerusalem secara damai.
-       1537-1541 → Sultan Sulaiman membangun tembok kota termasuk 7 pintu gerbang dan Menara Daud. Gerbang Damaskus dibangun tahun 1542.
-       1700 → Rabbi Yehuda He’Hassid datang, mulai membangun Sinagoga Hurva.
-       1838 → Kedutaan pertama (Inggris) dibuka di Jerusalem.
-       1860 → Pemukiman Yahudi pertama di luar tembok kota.
§  Periode Mandat Inggris (1917-1948 M) → Inggris menguasai Palestina setelah megalahkan Kekaisaran Ottoman pada PD I
§  Periode Israel (1948-...)
-       1948 → Negara Israel berdiri setelah mandat Inggris berakhir.
-       1949 →  Jerusalem diresmikan sebagai ibu kota Israel.
-       1967 →  Perang Enam Hari, Israel merebut Kota Tua, Tepi Barat dan Jerusalem timur dari Jordania, Jalur Gaza, dan Gurun Sinai dari Mesir serta dataran tinggi Golan dan Suriah.
-       23 Juni 1967 → Umat Muslim, Kristen, dan Yahudi diberi akses ke tempat suci Jerusalem.
-       1980 → Jerusalem ditetapkan sebagai ibu kota Israel, secara sepihak.
-       1994 → Hubungan timbal balik Israel dan PLO.[4]

D.      Perkembangan Kota Jerusalem dari Masa ke Masa
Di zaman pemerintahan Solomon atau Sulaeman, putra Daud, dibangunlah yang kemudian disebut sebagai Kenizah Pertama. Kenizah itu menjadi pusat aktivitas kultural yang utama di kawasan itu sehingga pada akhirnya mengalahkan pusat-pusat ritual lainnya, seperti di Shilo dan Bethel. Dalam Kitab Raja-raja diceritakan, “Pada tahun keempat setelah Solomon menjadi raja atas Israel, dalam bulan Ziw, yakni bulan yang kedua, Solomon mulai mendirikan rumah bagi Tuhan.[5]
Setelah Solomon meninggal, nasib buruk pun menimpa Jerusalem. Suku-suku di utara memisahkan diri dari raja selatan, yakin yang berpusat di Jerusalem. Mereka mendirikan kerajaan sendiri yang disebut Kerajaan Israel, sedangkan selatan menjadi Kerajaan Yehuda yang lebih kecil. Saat itu, kaum Yahudi tak lagi bersatu. Keadaan seperti itulah yang akhirnya memberi peluang kepada bangsa lain untuk menundukkan mereka.[6]
Sekitar tahun 722 SM, penguasa Assiria, Raja Tiglath-Pileser III, menakhlukkan Kerajaan Israel. Sepuluh suku di bagian utara Israel diusir, dipaksa untuk bergabung dan dengan dasar agama, mereka dimusnahkan. Tragedi juga menimpa Kerajaan Yehuda. Sekitar tahu 589 SM, penguasa Babilonia, yakni Nebukadnesar, menghancurkan Jerusalem. Sebagian besar orang Yahudi pun menjadi tawanan dan dibawa ke Babilonia. Hanya sedikit yang tertinggal, mereka adalah para petani dan orang-orang miskin. Nasib mereka diselamatkan oleh penguasa Persia. Sekitar tahun 538 SM, penguasa Persia, Cyrus Agung, mengalahkan Babilonia dan menguasai Jerusalem. Penguasa Persia ini mengizinkan orang-orang Yahudi untuk pulang kembali ke Jerusalem. Namun, tidak semua orang Yahudi yang ada di Babilonia kembali ke Jerusalem. Ada yang memutuskan untuk menetap di Babilonia. Cyrus Agung juga mengizinkan mereka untuk membangun kembali Kenizah Allah. Kenizah kedua dibangun dan diselesaikan sekitar tahun 516 SM. Setelah itu, Tanah Palestina jatuh ke tangan penguasa Macedonia sekitar tahun 332 SM. Penguasa Macedonia saat itu adalah Alexander III yang disebut jga Alexander Agung. Dari pertemuan dua peradaban Barat dan Timur inilah kemudian lahir akar peradaban baru yang disebut Hellenisme. Baru sekitar tahun 164 SM, Jerusalem menikmati kemerdekaan setelah revolusi Makabe.[7]
Ketika pada akhir Kekaisaran Romawi menguasai Jerusalem pada tahun 63 SM, Kenizah Allah yang dikenal sebagai Kenizah Kedua dibangun kembali oleh Raja Herodes Agung. Menurut cerita, pembangunan kembali kenizah ini membutuhkan waktu sembilan tahun. Bangunannya berukuran dua kali lebih besar dibandingkan dengan kenizah semula dan dikelilingi empat tembok. Tembok bagian barat merupakan tembok yang paling panjang, yakni 485 meter, dan mencakup wilayah doa orang-orang Yahudi yang dikenal sebagai Kotel atau Tembok Barat, yang kemudian juga disebut sebgai Tembok Ratapan.[8]
Bencana besar, seperti yang terjadi ketika Jerusalem ditakhlukan Nabukadnesar, terjadi pada tahun 70 M. Tentara Romawi menakhlukan dan menduduki Jerusalem dalam upaya membasmi pemberontakan Yahudi. Yang lebih menyedihkan bagi orang-orang Israel pada waktu itu adalah dibakarnya Kenizah Allah. Ini kali kedua mereka kehilangan kenizah, tempat kota pagan mereka dan mengubah namanya menjadi Aelia Capitolina, seperti yang sudah di singgung di atas. Pemberian nama baru itu setelah pasukan Romawi berhasil menumpas pemberontakan orang-orang Yahudi yang kerap disebut sebagai Revolusi Bar Kokba (132-135 M), sesuai dengan nama pemimpinnya, Jerusalem menjadi Aelia Capitolina, melainkan juga menumpas bangsa Yahudi di Palestina, terutama setelah jatuhnya Benteng Masada yang terletak di sebelah tenggara Laut Mati.[9]
Awal-awal periode Arab juga dikenal sebagai periode yang penuh toleransi antaragama. Para pemeluk agama Yahudi, Kristen dan Islam dapat hidup berdampingan secara damai dan melaksanakan ibadah mereka tanpa hidup berdampingan secara damai dan melaksanakan ibadah mereka tanpa rintangan dan hambatan. Hal itu sejak awal mula dicontohkan oleh Khalifah Umar. Menurut catatan sejarah, pada tahun 637, setelah mengepung Jerusalem, akhirnya Umar dengan pasukannya masuk ke Jerusalem secara damai setelah menandatangani perjanjian dengan Patriark Elya Al-Quds (Jerusalem) Sophronius. Beberapa tahun sebelumya. Patriark Sophronius telah menyatakan bahwa ia tidak akan menandatangani perjanjian dengan siapapun kecuali dengan Khalifah Umar sendiri. Karena alasan itu, Umar secara pribadi disebut sebagai Perjanjian Umar.[10]
Pada 644, Umar terbunuh, dan penggantinya adalah Utsman, saudara sepupu Muawiyah. Setelah lebih dari sepuluh tahun, Utsman dibenci karena praktik nepotismenya. Ketika dia juga dibunuh, sepupu pertama Nabi, Ali, yang juga menikahi putrinya, Fatimah, dipilih sebagai Amir al-Mukminin. Muawiyah menuntut agar Ali menghukum para pembunuh Utsman, tapi sang Amir menolak. Muawiyah khawatir dia akan kehilangan dominannya di Syria. Dia menang dalam perang saudara, Ali terbunuh di Irak dan di sana berakhirlah pemerintahan terakhir dari apa yang dinamakan Khulapaur Rasyidin.[11]
Babak selanjutnya Jerusalem di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah (661-750) yang berpusat di Damascus. Dengan penguasa pertamanya adalah Mu’awiyah. Catatan yang paling cemerlang Dinasti Umayyah di Jerusalem adalah di zaman khalifah keempat, Abd al-Malik. Pada masa pemerintahannya didirikan Dome of the Rock di Temple Mount, dan putranya al-Walid adalah yang memrakarsai pembangunan Masjid Al-Aqsha yang terletak di ujung selatan Temple Mount. Setelah berakhirnya kekuasaan Dinasti Umayyah, Jerusalem pun dikuasai oleh Dinasti Abbasiah dimana pada masa itu perhatian terhadap Jerusalem pun semakin berkurang.
Dari tangan Dinasti Abbasiah, Jerusalem jatuh ke tangan Dinasti Fatimiyah, dimana ini menjadi babak yang paling kelam bagi Jerusalem dan sekaligus merupakan tragedi bagi Kota Perdamaian adalah ketika pecah Perang Salib yang pertama kali dikobarkan oleh Paus Urbanus II saat berlangsung Konsili Clermont, 25 November 1095.[12] Perang ini berlangsung amat lama dan memberikan dampak yang sangat besar bagi penduduk Jerusalem.
Situasi dan kondisi Jerusalem naik-turun seiring berganti-gantinya pemerintahan. Keadaan di Jerusalem mulai membaik saat Dinasti Ottoman menguasai Jerusalem. Pembangunan kembali teombok-tembok kota yang telah dihancurkan sebelumnya yang kini dikenal dengan sebutan Kota Lama. Pada penguasaan dinasti ini ada kedamaian beragama, yakni Yahudi, Kristen dan Islam menikmati kebebasan beragama.
Akan tetapi nasib Jerusalem selalu berulang. Ia kembali terjerumus delam kenestapaan. Ini disebabkan oleh penarikan pajak pertanian kepada orang yang bukan penduduk kota dan para pejabatnya. Akhirnya, pada 9 Desember 1917, Inggris menduduki Jersalem di bawah pimpinan Jendral Edmund Allenby. Pada tahun yang sama, Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour memberikan isyarat kepada seorang Zionis kaya dan berpengaruh, Lord Rothschild, bahwa pemerintah Inggris mendukung terbentuknya sebuah homeland bagi Yahudi di Palestina. Dari sinilah kemudian persoalan bermula dan berlangsung hingga sekarang.[13]
Inggris menguasai Jerusalem tahun 1917-1948. Tahun 1949, Israel yang baru saja merdeka menguasai Jerusalem Barat dan pada tahun 1967 mencaplok Jerusalem Timur atau Kota Lama yang sebelumnya dikuasai Yordania. Yordania berkuasa atas Jerusalem mulai 1948 hingga 1967. Sejak itulah, isak tangis dan gemertak gigi terus terdengar di Kota Tuhan itu. [14]
E.       Pembagian Wilayah Kota Jerusalem
            Kota Jerusalem dibagi menjadi empat wilayah, yaitu Wilayah Yahudi, Wilayah Kristen, Wilayah Armenia, dan Wilayah Muslim. Pemberian nama wilayah didasarkan pada afiliasi etnis sebagian besar orang yang tinggal di wilayah tersebut. Garis yang memisahkan keempat wilayah tersebut adalah jalan yang membentang mulai dari pintu Gerbang Damascus hingga Pintu Gerbang Zion yang membelah kota itu menjadi wilayah timur dan barat dan jalan yang bermula dari Pintu Gerbang Jaffa ke Pintu Gerbang Singa, yang membagi kota itu menjadi wilayah utara dan selatan. [15]
Semenjak tahun 1967, Yerusalem tetap berada di dalam kendali administrasi Israel. Walaupun begitu ketegangan-ketegangan tetap ada di kota yang penduduknya sangat padat ini, yaitu dengan perkiraan populasi diatas 700,000. Sekitar 32 persen dari penduduk kota adalah Muslim Arab, yang sering berkonflik dengan 65% penduduk kota yang adalah Yahudi.[16]
F.        Infrastruktur Kota Jerusalem abad ke 19
Pada permulaan abad ke 19 populasi kota Jerusalem hanya sekitar 8.000 jiwa. Jumlah ini meningkat pesat pada tahun 1860 yang didominasi oleh warga Yahudi pendatang. Hal itu mengakibatkan Jerusalem melakukan pembangunan infrastruktur yang pesat, sehingga tanah-tanah warga Palestina mulai dibeli para tuan tanah berkebangsaan Arab, tergiur oleh uang untuk melelang tanah mereka kepada pendatang Yahudi. Dalam waktu singkat, populasi Yahudi pendatang ini mulai membangun kompleks perumahan didekat Gerbang Zion, di sisi tembok sebelah barat Bait al-Maqdis. Perumahan ini segera meluas sampai ke lembah Hinnom dan diberi nama Mish Kenot Sha’ananim.
Proyek perumahan kedua kaum Yahudi, Nahlat Shiva, diresmikan tahun 1869, lalu disusul proyek perumahan Mea Shearim (1873-1875) dan Yemin Moshe (1892). Pada tahun 1898, Theodore Herzl mengadakan pertemuan resmi dengan Kaisar Wilhelm di luar kota Jeusalem yang menandakan semakin kuatnya lobi-lobi internasional kaum Zionis.[17]





PENUTUP

Kesimpulan
Jerusalem dari masa ke masa mengalami perkembangan yang sangat menarik untuk dipelajari. Kota ini merupakan kota kuno dan kepemilikannya pun selalu berpindah-pindah, pada awalnya kota ini hanya kota biasa namun seiring berjalannya waktu dan banyaknya peristiwa yang mewarnai perjalanannya kini kota ini menjadi rebutan.    
Jerusalem merupakan Kota Suci Tiga Agama, kota ini merupakan tempat lahirnya 2 agama besar yakni Yahudi dan Nasrani, selain itu juga menjadi kota yang penting bagi umat muslim karena berkaitan dengan peristiwa Isra Mi’raj. Konflik-konflik yang mewarnai kota ini sampai sekarang masih berlanjut akibat adanya rasa ingin menguasai dan perasaan dendam.
Masalah kepemilikan kota ini hingga saat ini masih menjadi suatu perdebatan. Wilayah bagian barat kota ini menjadi hak milik negara Israel dan wilayah bagian timur kota ini menjadi hak miliknya negara Palestina.



DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku
Abu Aiman,  2007, Rahasia di Balik Penggalian Al Aqsha, Jakarta: Ufuk Press.
Haryatmoko, 2003, Etika Politik dan Kekuasaan, Jakarta: Kompas.
Machiavelli, Niccolo, 1987, Sang Penguasa, Jakarta: Gramedia
Sebag, Simon Montefiore, 2012, Jerusalem The Biography”, Jakarta: Pustaka Alvabet.
Trias Kuncahyono, 2008, Jerusalem “Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir”, Jakarta: Kompas Media Nusantara.


[1]  Trias Kuncahyono, Jerusalem “Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir”, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2008), hlm xxiii.

[2]  Evert Sandye Taasiringan, Yerusalem Kota Suci Tiga Agama, http://ampipolis.blogspot.com, Diposkan Jumat, 21 Desember 2012.


[3]  Living Church of God Indonesia, Masa Depan Yerusalem, http://www.indolcg.org/index.php/magz/index/0705, Mei-Juni 2007.

[4]  Trias Kuncahyono, Jerusalem “Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir”, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2008), hlm ix-xii.
[5]  Ibid., hlm 145-146.
[6] Ibid., hlm 146.
[7] Ibid., hlm 146-147.
[8] Ibid., hlm 147.
[9]   Ibid., hlm 147.
[10]  Ibid., hlm 150.
[11]   Sebag, Simon Montefiore, Jerusalem The Biography”, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2012), hlm 228.
[12]   Opcit., hlm 155-156.
[13]    Ibid., hlm 160.
[14]    Ibid., hlm 160-161.
[15]    Ibid., hlm 190.
[16]    Living Church of God Indonesia, Masa Depan Yerusalem, http://www.indolcg.org/index.php/magz/index/0705, Diposkan Mei-Juni 2007.
[17]  Abu Aiman, Rahasia di Balik Penggalian Al Aqsha, (Jakarta: Ufuk Press, 2007), hlm 87-88.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar