KOTA JERUSSALEM
A. Latar Belakang
Selama
ribuan tahun kota Jerusalem merupakan kota ziarah agama samawi: Yudaisme,
Kristen, dan Islam. Mereka berziarah ke Tembok Ratapan untuk para kaum Yahudi,
ke Gereja Makam Kristus “Dome of the Rock” bagi para umat Kristen, dan ke
Masjid Al-Aqsha bagi para umat Islam. Selain daripada itu banyak sekali konflik
yang mewarnai perjalanan sejarah kota ini dan sampai saat ini pun kota ini
masih menjadi bahan rebutan bagi Israel dan Palestina. Inilah yang menjadikan
penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai sejarah dari kota
tersebut.
B. Tujuan
Tujuan
dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan kota
Jerusalem dari masa ke masa dan konflik-konflik apa saja yang mewarnainya. Selain
daripada itu, makalah ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
bagi para pembaca umumnya mengenai sejarah kota Jerusalem.
C. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana perkembangan
kota Jerusalem dari masa ke masa?
2.
Bagaimana keadaan penduduk
kota Jerusalem dari masa ke masa?
3.
Konflik apa saja yang
mewarnai perjalanan kota Jerusalem?
PEMBAHASAN
A. Asal Mula Kota Jerusalem
Disebutkan, bahwa nama Ibrani untuk
Jerusalem yakni Yerushalayim, berarti
“warisan perdamaian” (dari yerusha
yang berarti “warisan”, dan shalom
yang berarti damai).[1] Menurut para
peneliti, Jerusalem (Ur.Salem), pada awalnya dihuni kaum Yebus. Mereka
menempati bukit bernama Ofel. Tapi pada masa 1000 SM, kota ini ditaklukkan oleh
Raja Daud. Di Bukit Moriah yang ia beli dari kaum Yebus, didirikan mezbah bagi
Allah, lalu memindahkan Tabut Perjanjian ke sana. Salomon, anak Daud, juga memilih Bukit Moriah
sebagai tempat Bait Suci I yang didirikannya pada tahun 950 SM. Sesudah
mangkatnya Salomon, kerajaan kesatuan yang berhasil didirikan oleh Daud, pecah
menjadi Kerajaan Israel (di sebelah utara) dan Kerajaan Yehuda (di sebelah
selatan).[2]
B.
Penduduk
Kota Jerusalem
Jerusalem
pada saat ini adalah suatu kota dimana penduduknya memeluk banyak kepercayaan;
salah satu survei di tahun 2006 mengidentifikasikan 1200 sinagoga, 150 gereja
dan 70 masjid di dalam wilayahnya.[3]
C.
Periodisasi
dalam Sejarah Kota Jerusalem
§
Zaman
Chalcolithic (4.500-3.200 SM) → 3500 SM Pemukiman pertama terbentuk.
§
Zaman
Perunggu Awal (3.200-2.220 SM) → 2500 SM Perumahan pertama dibentuk.
§
Zaman
Perunggu Tengah (2.220-1.550 SM) → 1800 SM Terbentuk tembok kota pertama.
§
Periode
Hyksos (1750-1500 SM)
- 1400 SM → Nama
Jerusalem muncul dengan nama Urusalim di Surat Amarna.
- 1000 SM → Raja Daud
menakhlukan Jerusalem.
- 960 SM → Raja
Solomon mendirikan kenizah pertama.
- 931 SM → Pembagian
wilayah kerajaan menjadi wilayah Israel dan Judea.
- 721 SM → Kerajaan
Asuriah mengalahkan Samaria. Pengungsi melarikan diri ke Jerusalem. Kota
berkembang ke arah barat.
- 597 SM → Babilonia
mengepung Jerusalem.
- 586 SM →
Penghancuran Jerusalem dan kenizah pertama oleh Nebukadnezar dan pengasingan
bangsa Yahudi ke Babilonia.
- 539 SM → Kejatuhan
Kerajaan Babilonia.
§
Periode
Persia (539-332 SM)
-
539
SM → Kerajaan Persia diperintahkan oleh Cyrus yang
mengalahkan Babilonia menduduki Jerusalem.
-
537
SM → 50.000 orang Yahudi yang ditawan di Babilonia
diizinkan kembali ke Jerusalem atas perintah Raja Cyrus.
-
516
SM → Membangun kenizah kedua dipimpin oleh Zerubbabel.
-
458
SM → Ezra, ahli kitab dari Babilonia memulihkan
peraturan.
-
445
SM → Nehemiah menemui gubernur Yude, Artaxerxes,
kembali dari Babilonia dan membangun kembali dinding kota. Kota berkembang ke
arah timur.
§
Periode
Helenistik (332-141 SM)
- 332 SM → Kerajaan
Makedonia di bawah Raja Alexaner Agung mengalahkan Darius di Gaugamela dan
menduduki Jerusalem setelah mengalahkan Persia.
- 537 SM → Kematian
Alexander Agung di Babilonia.
- 164 SM → Judah
Makabe menguasai kembali Jerusalem dan memperbaiki kenizah.
§
Periode
Hasmonean (141-37 SM) → Jerusalem meluaskan wilayahnya ke arat barat (141
SM).
§
Periode
Herodian (37 SM-70)
- 37 SM → Herodes
naik tahta, menguasai Jerusalem dan membangun kembali kenizah kedua.
- 70 M → Jerusalem
jatuh, kenizah dirusak oleh legiun Romawi pimpinan Titus.
§
Periode
Kekaisaran Romawi (70-324 M)
- 70 M → Romawi
menjadikan Jerusalem sebagai kota pagan dengan nama Aelia Capitolina dan
menumpas bangsa Yahudi di Palestina.
- 63 M → Jendral
Romawi Pompey menguasai Jerusalem.
- 135 M → Kaisar Hardian
menghancurkan Jerusalem, tembok kota dan kota baru Aelia Capitolina, orang
Yahudi tidak diizinkan tinggal di Jerusalem.
§
Periode
Byzantium (324-638 M)
- 326 M → Ratu
Helena, ibunda Konstatinus Agung mengunjungi Jerusalem dan meminta dibangun
Gereja Makam Kristus.
- 438 M → Kaisar
Eudocia mengizinkan orang Yahudi untuk kembali ke Jerusalem.
- 614 M → Bangsa
Persia mengalahkan Jerusalem, menghancurkan hampir seluruh gereja dan mengusir
orang Yahudi.
§
Periode
Islam Awal (637-1099 M)
- 637 M → kalifah
Omar memasuki Jerusalem dan orang Yahudi diizinkan kembali ke Jerusalem.
- 691 M → Dome of the
Rock dibangun oleh kalifah Abdul Al-Malik.
- 705 M → Konstruksi
Masjid Al-Aqsa diawali oleh khalifah al-Wahid.
- 1010 M → Khalifah Al
Hakim memerintahkan penghancuran sinagoga dan gereja.
§
Periode
Perang Salib (1099-1244 M) → Bangsa Frank, dipimpin Godfrey de Bouillon,
menguasai Jerusalem. Baldwin I sebagai Raja Jerusalem (1099 M).
§
Periode
Ayyubid (1099-1244 M)
- 1187 M → Saladin
merebut Jaerusalem dari Pasukan Salib. Saladin mengizinkan Yahudi dan Muslim
kembali dan menetap di kota Jerusalem.
- 1219 M → Tembok kota
dihancurkan oleh Sultan Malik al-Mu’assam.
§
Periode
Mameluk (1250-1516 M) → Mameluk Mesir merebut Jerusalem.
§
Periode
Ottoman (1516-1917 M)
- 1517 → Ottoman
mengambil alih Jerusalem secara damai.
- 1537-1541 → Sultan
Sulaiman membangun tembok kota termasuk 7 pintu gerbang dan Menara Daud.
Gerbang Damaskus dibangun tahun 1542.
- 1700 → Rabbi
Yehuda He’Hassid datang, mulai membangun Sinagoga Hurva.
- 1838 → Kedutaan
pertama (Inggris) dibuka di Jerusalem.
- 1860 → Pemukiman
Yahudi pertama di luar tembok kota.
§
Periode
Mandat Inggris (1917-1948 M) → Inggris menguasai Palestina setelah megalahkan Kekaisaran
Ottoman pada PD I
§
Periode
Israel (1948-...)
- 1948 → Negara
Israel berdiri setelah mandat Inggris berakhir.
- 1949 → Jerusalem diresmikan sebagai ibu kota Israel.
- 1967 → Perang Enam Hari, Israel merebut Kota Tua,
Tepi Barat dan Jerusalem timur dari Jordania, Jalur Gaza, dan Gurun Sinai dari
Mesir serta dataran tinggi Golan dan Suriah.
- 23 Juni 1967 → Umat
Muslim, Kristen, dan Yahudi diberi akses ke tempat suci Jerusalem.
- 1980 → Jerusalem
ditetapkan sebagai ibu kota Israel, secara sepihak.
D.
Perkembangan
Kota Jerusalem dari Masa ke Masa
Di zaman
pemerintahan Solomon atau Sulaeman, putra Daud, dibangunlah yang kemudian
disebut sebagai Kenizah Pertama. Kenizah itu menjadi pusat aktivitas kultural
yang utama di kawasan itu sehingga pada akhirnya mengalahkan pusat-pusat ritual
lainnya, seperti di Shilo dan Bethel. Dalam Kitab Raja-raja diceritakan, “Pada
tahun keempat setelah Solomon menjadi raja atas Israel, dalam bulan Ziw, yakni
bulan yang kedua, Solomon mulai mendirikan rumah bagi Tuhan.[5]
Setelah Solomon
meninggal, nasib buruk pun menimpa Jerusalem. Suku-suku di utara memisahkan
diri dari raja selatan, yakin yang berpusat di Jerusalem. Mereka mendirikan
kerajaan sendiri yang disebut Kerajaan Israel, sedangkan selatan menjadi
Kerajaan Yehuda yang lebih kecil. Saat itu, kaum Yahudi tak lagi bersatu.
Keadaan seperti itulah yang akhirnya memberi peluang kepada bangsa lain untuk
menundukkan mereka.[6]
Sekitar tahun 722
SM, penguasa Assiria, Raja Tiglath-Pileser III, menakhlukkan Kerajaan Israel.
Sepuluh suku di bagian utara Israel diusir, dipaksa untuk bergabung dan dengan
dasar agama, mereka dimusnahkan. Tragedi juga menimpa Kerajaan Yehuda. Sekitar
tahu 589 SM, penguasa Babilonia, yakni Nebukadnesar, menghancurkan Jerusalem.
Sebagian besar orang Yahudi pun menjadi tawanan dan dibawa ke Babilonia. Hanya
sedikit yang tertinggal, mereka adalah para petani dan orang-orang miskin.
Nasib mereka diselamatkan oleh penguasa Persia. Sekitar tahun 538 SM, penguasa
Persia, Cyrus Agung, mengalahkan Babilonia dan menguasai Jerusalem. Penguasa
Persia ini mengizinkan orang-orang Yahudi untuk pulang kembali ke Jerusalem.
Namun, tidak semua orang Yahudi yang ada di Babilonia kembali ke Jerusalem. Ada
yang memutuskan untuk menetap di Babilonia. Cyrus Agung juga mengizinkan mereka
untuk membangun kembali Kenizah Allah. Kenizah kedua dibangun dan diselesaikan
sekitar tahun 516 SM. Setelah itu, Tanah Palestina jatuh ke tangan penguasa
Macedonia sekitar tahun 332 SM. Penguasa Macedonia saat itu adalah Alexander
III yang disebut jga Alexander Agung. Dari pertemuan dua peradaban Barat dan
Timur inilah kemudian lahir akar peradaban baru yang disebut Hellenisme. Baru
sekitar tahun 164 SM, Jerusalem menikmati kemerdekaan setelah revolusi Makabe.[7]
Ketika pada akhir
Kekaisaran Romawi menguasai Jerusalem pada tahun 63 SM, Kenizah Allah yang
dikenal sebagai Kenizah Kedua dibangun kembali oleh Raja Herodes Agung. Menurut
cerita, pembangunan kembali kenizah ini membutuhkan waktu sembilan tahun.
Bangunannya berukuran dua kali lebih besar dibandingkan dengan kenizah semula
dan dikelilingi empat tembok. Tembok bagian barat merupakan tembok yang paling
panjang, yakni 485 meter, dan mencakup wilayah doa orang-orang Yahudi yang
dikenal sebagai Kotel atau Tembok Barat, yang kemudian juga disebut sebgai
Tembok Ratapan.[8]
Bencana besar,
seperti yang terjadi ketika Jerusalem ditakhlukan Nabukadnesar, terjadi pada
tahun 70 M. Tentara Romawi menakhlukan dan menduduki Jerusalem dalam upaya
membasmi pemberontakan Yahudi. Yang lebih menyedihkan bagi orang-orang Israel
pada waktu itu adalah dibakarnya Kenizah Allah. Ini kali kedua mereka
kehilangan kenizah, tempat kota pagan mereka dan mengubah namanya menjadi Aelia
Capitolina, seperti yang sudah di singgung di atas. Pemberian nama baru itu
setelah pasukan Romawi berhasil menumpas pemberontakan orang-orang Yahudi yang
kerap disebut sebagai Revolusi Bar Kokba (132-135 M), sesuai dengan nama
pemimpinnya, Jerusalem menjadi Aelia Capitolina, melainkan juga menumpas bangsa
Yahudi di Palestina, terutama setelah jatuhnya Benteng Masada yang terletak di
sebelah tenggara Laut Mati.[9]
Awal-awal periode
Arab juga dikenal sebagai periode yang penuh toleransi antaragama. Para pemeluk
agama Yahudi, Kristen dan Islam dapat hidup berdampingan secara damai dan melaksanakan
ibadah mereka tanpa hidup berdampingan secara damai dan melaksanakan ibadah
mereka tanpa rintangan dan hambatan. Hal itu sejak awal mula dicontohkan oleh
Khalifah Umar. Menurut catatan sejarah, pada tahun 637, setelah mengepung
Jerusalem, akhirnya Umar dengan pasukannya masuk ke Jerusalem secara damai
setelah menandatangani perjanjian dengan Patriark Elya Al-Quds (Jerusalem)
Sophronius. Beberapa tahun sebelumya. Patriark Sophronius telah menyatakan
bahwa ia tidak akan menandatangani perjanjian dengan siapapun kecuali dengan
Khalifah Umar sendiri. Karena alasan itu, Umar secara pribadi disebut sebagai
Perjanjian Umar.[10]
Pada 644, Umar
terbunuh, dan penggantinya adalah Utsman, saudara sepupu Muawiyah. Setelah
lebih dari sepuluh tahun, Utsman dibenci karena praktik nepotismenya. Ketika
dia juga dibunuh, sepupu pertama Nabi, Ali, yang juga menikahi putrinya,
Fatimah, dipilih sebagai Amir al-Mukminin. Muawiyah menuntut agar Ali menghukum
para pembunuh Utsman, tapi sang Amir menolak. Muawiyah khawatir dia akan
kehilangan dominannya di Syria. Dia menang dalam perang saudara, Ali terbunuh
di Irak dan di sana berakhirlah pemerintahan terakhir dari apa yang dinamakan
Khulapaur Rasyidin.[11]
Babak selanjutnya
Jerusalem di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah (661-750) yang berpusat di
Damascus. Dengan penguasa pertamanya adalah Mu’awiyah. Catatan yang paling
cemerlang Dinasti Umayyah di Jerusalem adalah di zaman khalifah keempat, Abd
al-Malik. Pada masa pemerintahannya didirikan Dome of the Rock di Temple Mount,
dan putranya al-Walid adalah yang memrakarsai pembangunan Masjid Al-Aqsha yang
terletak di ujung selatan Temple Mount. Setelah berakhirnya kekuasaan Dinasti
Umayyah, Jerusalem pun dikuasai oleh Dinasti Abbasiah dimana pada masa itu
perhatian terhadap Jerusalem pun semakin berkurang.
Dari tangan Dinasti
Abbasiah, Jerusalem jatuh ke tangan Dinasti Fatimiyah, dimana ini menjadi babak
yang paling kelam bagi Jerusalem dan sekaligus merupakan tragedi bagi Kota
Perdamaian adalah ketika pecah Perang Salib yang pertama kali dikobarkan oleh
Paus Urbanus II saat berlangsung Konsili Clermont, 25 November 1095.[12] Perang
ini berlangsung amat lama dan memberikan dampak yang sangat besar bagi penduduk
Jerusalem.
Situasi dan kondisi
Jerusalem naik-turun seiring berganti-gantinya pemerintahan. Keadaan di
Jerusalem mulai membaik saat Dinasti Ottoman menguasai Jerusalem. Pembangunan
kembali teombok-tembok kota yang telah dihancurkan sebelumnya yang kini dikenal
dengan sebutan Kota Lama. Pada penguasaan dinasti ini ada kedamaian beragama,
yakni Yahudi, Kristen dan Islam menikmati kebebasan beragama.
Akan tetapi nasib
Jerusalem selalu berulang. Ia kembali terjerumus delam kenestapaan. Ini
disebabkan oleh penarikan pajak pertanian kepada orang yang bukan penduduk kota
dan para pejabatnya. Akhirnya, pada 9 Desember 1917, Inggris menduduki Jersalem
di bawah pimpinan Jendral Edmund Allenby. Pada tahun yang sama, Menteri Luar
Negeri Inggris, Arthur Balfour memberikan isyarat kepada seorang Zionis kaya
dan berpengaruh, Lord Rothschild, bahwa pemerintah Inggris mendukung
terbentuknya sebuah homeland bagi Yahudi
di Palestina. Dari sinilah kemudian persoalan bermula dan berlangsung hingga
sekarang.[13]
Inggris menguasai Jerusalem tahun
1917-1948. Tahun 1949, Israel yang baru saja merdeka menguasai Jerusalem Barat
dan pada tahun 1967 mencaplok Jerusalem Timur atau Kota Lama yang sebelumnya
dikuasai Yordania. Yordania berkuasa atas Jerusalem mulai 1948 hingga 1967.
Sejak itulah, isak tangis dan gemertak gigi terus terdengar di Kota Tuhan itu. [14]
E. Pembagian Wilayah Kota
Jerusalem
Kota
Jerusalem dibagi menjadi empat wilayah, yaitu Wilayah Yahudi, Wilayah Kristen,
Wilayah Armenia, dan Wilayah Muslim. Pemberian nama wilayah didasarkan pada
afiliasi etnis sebagian besar orang yang tinggal di wilayah tersebut. Garis
yang memisahkan keempat wilayah tersebut adalah jalan yang membentang mulai
dari pintu Gerbang Damascus hingga Pintu Gerbang Zion yang membelah kota itu
menjadi wilayah timur dan barat dan jalan yang bermula dari Pintu Gerbang Jaffa
ke Pintu Gerbang Singa, yang membagi kota itu menjadi wilayah utara dan selatan.
[15]
Semenjak
tahun 1967, Yerusalem tetap berada di dalam kendali administrasi Israel.
Walaupun begitu ketegangan-ketegangan tetap ada di kota yang penduduknya sangat
padat ini, yaitu dengan perkiraan populasi diatas 700,000. Sekitar 32 persen
dari penduduk kota adalah Muslim Arab, yang sering berkonflik dengan 65%
penduduk kota yang adalah Yahudi.[16]
F.
Infrastruktur Kota Jerusalem abad ke 19
Pada permulaan abad ke 19 populasi kota Jerusalem
hanya sekitar 8.000 jiwa. Jumlah ini meningkat pesat pada tahun 1860 yang
didominasi oleh warga Yahudi pendatang. Hal itu mengakibatkan Jerusalem
melakukan pembangunan infrastruktur yang pesat, sehingga tanah-tanah warga
Palestina mulai dibeli para tuan tanah berkebangsaan Arab, tergiur oleh uang
untuk melelang tanah mereka kepada pendatang Yahudi. Dalam waktu singkat,
populasi Yahudi pendatang ini mulai membangun kompleks perumahan didekat
Gerbang Zion, di sisi tembok sebelah barat Bait al-Maqdis. Perumahan ini segera
meluas sampai ke lembah Hinnom dan diberi nama Mish Kenot Sha’ananim.
Proyek perumahan kedua kaum Yahudi, Nahlat Shiva,
diresmikan tahun 1869, lalu disusul proyek perumahan Mea Shearim (1873-1875)
dan Yemin Moshe (1892). Pada tahun 1898, Theodore Herzl mengadakan pertemuan
resmi dengan Kaisar Wilhelm di luar kota Jeusalem yang menandakan semakin
kuatnya lobi-lobi internasional kaum Zionis.[17]
PENUTUP
Kesimpulan
Jerusalem dari masa
ke masa mengalami perkembangan yang sangat menarik untuk dipelajari. Kota ini
merupakan kota kuno dan kepemilikannya pun selalu berpindah-pindah, pada
awalnya kota ini hanya kota biasa namun seiring berjalannya waktu dan banyaknya
peristiwa yang mewarnai perjalanannya kini kota ini menjadi rebutan.
Jerusalem merupakan
Kota Suci Tiga Agama, kota ini merupakan tempat lahirnya 2 agama besar yakni
Yahudi dan Nasrani, selain itu juga menjadi kota yang penting bagi umat muslim
karena berkaitan dengan peristiwa Isra Mi’raj. Konflik-konflik yang mewarnai
kota ini sampai sekarang masih berlanjut akibat adanya rasa ingin menguasai dan
perasaan dendam.
Masalah kepemilikan
kota ini hingga saat ini masih menjadi suatu perdebatan. Wilayah bagian barat
kota ini menjadi hak milik negara Israel dan wilayah bagian timur kota ini
menjadi hak miliknya negara Palestina.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber
Buku
Abu
Aiman, 2007, Rahasia di Balik Penggalian Al Aqsha, Jakarta: Ufuk Press.
Haryatmoko,
2003, Etika Politik dan Kekuasaan,
Jakarta: Kompas.
Machiavelli,
Niccolo, 1987, Sang Penguasa, Jakarta:
Gramedia
Sebag,
Simon Montefiore, 2012, Jerusalem The
Biography”, Jakarta: Pustaka Alvabet.
Trias Kuncahyono, 2008, Jerusalem “Kesucian, Konflik, dan Pengadilan
Akhir”, Jakarta: Kompas Media Nusantara.
[1] Trias Kuncahyono, Jerusalem “Kesucian, Konflik, dan Pengadilan
Akhir”, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2008), hlm xxiii.
[2] Evert Sandye Taasiringan, Yerusalem Kota Suci Tiga Agama, http://ampipolis.blogspot.com, Diposkan Jumat, 21 Desember 2012.
[3] Living
Church of God Indonesia, Masa Depan Yerusalem, http://www.indolcg.org/index.php/magz/index/0705, Mei-Juni 2007.
[4] Trias Kuncahyono, Jerusalem “Kesucian, Konflik, dan Pengadilan
Akhir”, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2008), hlm ix-xii.
[5] Ibid., hlm 145-146.
[6] Ibid., hlm 146.
[7] Ibid., hlm 146-147.
[8] Ibid., hlm 147.
[9] Ibid., hlm 147.
[10] Ibid., hlm 150.
[11] Sebag, Simon Montefiore, Jerusalem The Biography”, (Jakarta:
Pustaka Alvabet, 2012), hlm 228.
[12] Opcit., hlm 155-156.
[13] Ibid., hlm 160.
[14] Ibid., hlm 160-161.
[15] Ibid., hlm
190.
[16] Living Church of God
Indonesia, Masa Depan Yerusalem, http://www.indolcg.org/index.php/magz/index/0705, Diposkan
Mei-Juni 2007.
[17] Abu Aiman, Rahasia di Balik Penggalian Al Aqsha, (Jakarta: Ufuk Press, 2007),
hlm 87-88.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar